Jakarta -, Selangkah lagi. Ya, tinggal selangkah lagi Timnas Indonesia mengakhiri paceklik trofi. Setelah SEA Games (dulu masih diikuti timnas senior) pada 1991, seperempat abad lamanya Indonesia tanpa prestasi. Kini, penantian panjang mampu diakhiri. Itu berkat keajaiban yg berlanjut di Stadion Pakansari. Dua gol dari Rizky Pora dan Hansamu Yama Pranata membuat Indonesia selalu memelihara mimpi hingga ke batas akhir.
Berbekal kemenangan 2-1, anak-anak asuh Alfred Riedl mampu optimistis menatap laga final kedua di Stadion Rajamangala, akhir minggu ini. Sejak final dilangsungkan dengan sistem kandang-tandang, pemenang final pertama terus menjadi juara. Apa pun hasil pada final kedua, trofi tidak pernah gagal digapai.
Memang benar, berbekal sesuatu gol tandang, Thailand cuma butuh kemenangan 1-0 buat mengandaskan seluruh mimpi Boaz Solossa dkk. Lalu, dalam tiga final terakhir, tuan rumah final kedua terus meraup kemenangan. Namun, tidak ada jaminan hal itu dapat digapai oleh tuan rumah karena Indonesia terus mencetak gol dalam enam laga terakhirnya. Bukan cuma satu, melainkan beberapa gol per laga.
Hal yg paling sulit dilawan tentu saja kobaran semangat Boaz cs. yg menyala-nyala. Dikurung habis-habisan, digempur "tujuh hari tujuh malam", kebobolan lebih dahulu dari lawan, Garuda tidak lantas menukik dan jatuh. Kepak sayap mereka tetap kuat dan malah membuat jeri.
Jangan lupakan dekapan mesra Fortuna, sang Dewi Keberuntungan. Lihat saja gol Stefano Lilipaly ke gawang Vietnam di Hanoi pada semifinal kedua yg terjadi berkat blunder bek dan kiper lawan ketika mengantisipasi umpan silang Boaz. Tengok juga gol Rizky Pora di Pakansari lalu. Bola mengecoh kiper Kawin Thamsatchanan karena lebih dahulu membentur punggung Tristan Do.
Tak perlu ragu atau malu mengakui hal itu. Bagaimanapun, keberuntungan adalah faktor yg dimiliki segala pemenang, semua juara. Seperti kata Ed Smith dalam Luck, What It Means and Why It Matters, keberuntungan adalah semua faktor yg tidak dapat dikontrol oleh kehendak kita. Dia hadir begitu saja.
Faktor-faktor di luar kontrol ini sangat kental terasa di kubu Indonesia. Saat semifinal pertama, saat harus tampil tanpa beberapa bek tengah utama, siapa sangka beberapa bek pengganti justru memesona. Hansamu malah jadi aktor utama dengan golnya yg membuka kemenangan 2-1. Akumulasi kartu kuning yg dialami Yanto Basna dan Fachrudin Aryanto pun bak sebuah berkah, jalan tersendiri yg dibukakan Tuhan untuk Indonesia.
Pada final pertama di Pakansari, keberuntungan itu muncul dalam bentuk kesialan yg dialami lawan. Dua bek tengah andalan Thailand, Tanaboon Kesarat dan Pratum Chutong, harus absen. Ini berkah untuk Indonesia karena tanpa keduanya di jantung pertahanan, kekuatan Gajah-Gajah Perang asuhan Kiatisuk Senamuang jadi melemah.
Di Rajamangala, semoga saja faktor-faktor yg di luar kuasa manusia itu kembali berpihak kepada Indonesia. Entah apa pun wujudnya, kalian memerlukan itu bagi mengamankan piala yg telah di pelupuk mata.

Lagi pula, lawatan ke Thailand bukan hal mudah. Sudah sangat lama Indonesia tidak meraih hasil positif ketika melawat ke sana. Dalam 16 lawatan terdahulu, Indonesia mengalami 14 kekalahan, sekali imbang, dan sekali pula menang.
Satu-satunya kemenangan dibuat pada Pra-Piala Dunia 1986. Datang ke Bangkok pada 29 Maret 1985, Indonesia berhasil menang 1-0 lewat gol tendangan voli Herry Kiswanto. Setelah itu, dalam tujuh lawatan berikutnya, Garuda terus tidak berdaya, pulang dengan tangan hampa.
Jikapun ada hal positif, itu adalah fakta bahwa Garuda tidak kehilangan cara membuat gol dalam lima lawatan terakhir. Meski terus kalah, Indonesia tidak pernah membiarkan tuan rumah membuat clean sheet. Cakar dan paruh Garuda cukup kuat bagi menjejalkan setidaknya sesuatu gol ke gawang Thailand.
Memang, buat sebagian orang, apalah arti statistik rapat masa lalu. Namun, bagaimanapun, sejarah meeting tidak mampu dikesampingkan begitu saja. Hasil buruk setiap bertandang ke Bangkok memamerkan adanya faktor di luar kuasa yg berlaku di sana. Faktor nonteknis yg berpengaruh terhadap performa di lapangan dan tentunya hasil akhir.
Rekor buruk di Thailand seharusnya menjadi perhatian dan peringatan tersendiri. Itu adalah alarm dini bahwa lawatan ke Rajamangala, Sabtu (17/12/2016) mulai sangat sulit. Di kandang sendiri, kekuatan Thailand menjadi lengkap. Bukan cuma memiliki tim yg lebih baik dan permainan yg jauh lebih rapi, Thailand juga didukung keangkeran Rajamangala.
Tengok saja kiprah Teerasil Dangda cs. di Pra-Piala Dunia 2018. Meski terseok-seok di putaran ketiga, cuma Jepang yg sanggup menang di Rajamangala. Adapun Australia harus puas dengan hasil imbang 2-2. Sebelumnya, ketika putaran kedua, The War Elephants menaklukkan Vietnam, mengalahkan Cina Taipei, dan mengimbangi Irak.
Di Rajamangala nanti, Indonesia mulai butuh banyak keberuntungan guna mengamankan kemenangan yg diraih di Pakansari. Bahkan, mungkin butuh lebih banyak dari yg didapatkan ketika melawat ke kandang Vietnam pada semifinal lalu. Tentu mulai lebih afdal seandainya pelatih Alfred Riedl dapat menyertakan taktik dan strategi yg tepat.
Fakta-fakta ini seharusnya membuat kalian tetap membumi. Optimisme memang pantang dikendurkan, namun jemawa jelas bukan hal yg harus ditunjukkan. Jemawa cuma mulai menghadirkan kekecewaan mendalam bila Boaz dkk. gagal menghadirkan gelar yg diidam-idamkan. Sebaliknya, sikap membumi mulai membuat kalian lebih bijak menyikapi apa pun takdir yg diraih.
Apa pun hasil di Rajamangala nanti, cuma pujian yg patut disematkan kepada tim asuhan Riedl. Sungguh lancang bila ada yg memaki-maki dan mencerca habis-habisan. Bagaimanapun, untuk tim yg "seadanya", lolos ke final adalah prestasi besar. Itu di luar dugaan siapa pun.
Lebih dari itu, Boaz cs. sudah menampar kita, membangunkan kita, menyadarkan kalian bahwa sepak bola Indonesia masih mampu berbicara di kancah internasional. Di Piala AFF 2016, kalian mampu menyaksikan bahwa Indonesia milik pemain-pemain dengan mentalitas luar biasa. Indonesia juga tidak kekurangan talenta hebat. Indonesia milik segala modal bagi berprestasi.
Melihat potensi tersebut, sepatutnya kalian makin optimistis dan bersemangat bagi memperbaiki keadaan persepakbolaan kita. Memang masih sangat kusut, namun dengan tekad dan kerja keras, seperti yg sudah ditunjukkan Boas dkk., tidak ada yg mustahil. Sekusut apa pun permasalahan yg ada, kalian pasti mampu mengurainya.
Kejutan besar di Piala AFF kali ini harus menjadi titik awal baru buat persepakbolaan negeri ini. Apalagi PSSI juga baru saja memiliki kepengurusan anyar. Kejutan dari Boaz dkk. harusnya jadi pelecut buat PSSI, terutama Edy Rahmayadi, sang ketua umum baru, bagi menata lebih baik persepakbolaan nasional.
Secara khusus, melihat potensi dan bakat-bakat yg ada, PSSI harus mengambil langkah nyata dalam menata pembinaan usia dini. Jangan sampai program pembinaan cuma retorika tanpa isi seperti sebelum-sebelumnya. Tidak cukup cuma mewajibkan klub-klub kasta tertinggi buat memiliki tim U-21, tapi juga mengadakan kompetisi kelompok umur secara berjenjang sehingga bakat-bakat di segala penjuru tanah air memiliki wadah bagi mengasah kemampuan sekaligus unjuk gigi.
Jangan lupakan pula akademi dan sekolah sepak bola yg menjadi akar rumput. Perlu adanya kurikulum baku yg jadi pegangan bersama dalam mengasah talenta-talenta belia. Kualitas pelatih-pelatih di level ini pun wajib ditingkatkan secara berkesinambungan sesuai dengan perkembangan sepak bola global. Bagaimanapun, merekalah ujung tombak dalam pembinaan. Andai kemampuan dan pengetahuan mereka tidak selalu di-upgrade, output yg dihasilkan pasti tidak mulai maksimal.
Apa pun takdir yg diterima Boaz dkk. di Rajamangala, perubahan-perubahan mendasar harus dikerjakan di persepakbolaan kita. Tanpa efek nyata terhadap hal itu, trofi Piala AFF sekalipun tidak mulai terlalu bermakna. Apalagi seandainya itu malah membutakan dan melenakan, bahwa tidak perlu mengejar keadaan ideal karena dengan keadaan sekarang pun kami mampu juara.
*Penulis adalah komentator dan pengamat sepak bola. Tanggai kolom ini di @seppginz.
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: KOLOM: Misi 25 Tahun Timnas di Rajamangala

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!