Belajar Berkawan dengan Semesta Alam dari Suku Baduy

Jakarta, “Di sini banyak harimau tetapi tak pernah marah karena kalian tak pernah mengganggu”.  Sejenak kalimat dari Pak Naldi, suku Baduy dalam terdengar biasa saja.  Tapi seandainya kami cermati kembali, sangatlah filosofis dan membuat kami mengerti alam. Alam tak mulai marah seandainya kalian tak mengganggu keseimbangannya. Begitu kira-kira terjemahan dari kalimat Pak Naldi.

Suku Baduy memang salah sesuatu suku di Indonesia yg masih memegang teguh nilai kepercayaan secara turun temurun. Mereka  mengasingkan diri dari dunia luar.  Masyarakat Baduy tinggal di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten.  Suku Baduy menyebut dirinya Urang Kanekes atau orang Desa Kanekes yg taat pada pimpinan adat tertinggi merupakan Pu’un.  Seperti yg kami ketahui, Suku Baduy terdiri atas Baduy dalam (Tangtu) dan Baduy luar (Panamping).

Suku Baduy dalam adalah mereka yg benar-benar mematuhi konsep Pikukuh (apa adanya).  Mereka sangat terikat dengan hukum adat dan mengemban tugas utama bagi menjaga keseimbangan alam. Orang Tangtu tak menggunakan odol, sabun, dan bahan kimia yang lain karena dinilai mulai mencemari lingkungan. 

Mereka membangun rumah dan jembatan tanpa palu dan paku serta berjalan tak menggunakan alas kaki.  Dilarang mengambil foto di wilayah Baduy dalam dan mereka juga menolak kedatangan WNA. Jika hal ini dilanggar, maka mereka mulai dikenai hukum adat.

Baca Juga

Kutukan Sepak Bola Indonesia Versi Baduy Mengenal Lebih Dekat Ritual Sakral Marapu Sebelum Pergi ke Sana Mulyono, Sang Pencerah dari Suku Baduy

Seperti apa hukuman adatnya, selengkapnya baca di sini.

 

**Ingin berbagi keterangan dari dan buat kalian di Citizen6? Caranya mampu dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: Belajar Berkawan dengan Semesta Alam dari Suku Baduy