idaraya

Diculik, Hilang Teman... Ini 10 Kekhawatiran Jadi Orang Kaya

Diculik, Hilang Teman... Ini 10 Kekhawatiran Jadi Orang Kaya

Jakarta -, Tidak seluruh orang kaya menjalani hidup semudah kelihatannya.

Mungkin memang benar secara finansial mereka berlebih, atau bahkan tak pernah mengalami masa sulit membutuhkan uang. Tapi tahukah Anda seandainya mereka juga berusaha keras buat berada di posisi itu?

Baca Juga

10 Pemikiran Salah yg Bikin Anda Susah Kaya 6 Alasan Kenapa Orang Kaya Bisa Bangkrut 9 Pola Pikir Ini Membantu Anda Menjadi Kaya

Di luar hal itu, ternyata kekhawatiran dan rasa takut justru kerap kali tiba melanda para orang kaya. Seperti takut memiliki anak yg malas, dimanfaatkan teman, ancaman gugatan, dan yang lain sebagainya.

Mengutip situs Time, Minggu (14/1/2017), berikut ini 10 kekhawatiran besar yg dirasakan para orang kaya tersebut:

Kekhawatiran yg pertama adalah rasa takut terhadap tumbuh kembang keturunan. Mereka cemas anak-anak yang terbiasa dibesarkan dengan fasilitas serba ada membuat manja dan bergantung pada kekayaan orang tuanya.

"Uang dapat mengacaukan tumbuh kembang anak. Hal ini bisa menimbulkan rasa memiliki dan menjauhkan dari rasa empati dan kasih sayang," ujar salah seorang responden dalam studi terkait kekayaan dan filantropi yg dikerjakan Boston College Center. 

Menurut penasihat kekayaan di lembaga jasa keuangan terkemuka yg memiliki pengalaman terkait hal itu, konsekuensi terburuk buat keluarga kaya adalah kurangnya kompetensi dan anak-anak terbentuk tak mandiri.

Bahkan ia juga merasa para orang kaya ini kurang berkontribusi dalam kehidupan sosial. Karena sepenuhnya tergantung pada uang keluarga bagi bertahan hidup.

Situasi ini selalu bergulir turun temurun sehingga tampak seperti lingkaran setan yg tidak berujung.

"Dalam sesuatu kasus, kalian memiliki klien dengan anak-anak dewasa yg semuanya hidup dari investasinya. Orang ini bangun sangat awal setiap pagi dan melakukan perdagangan saham buat menghidupi anak-anaknya yg telah berkeluarga dan menjalani kehidupan mewah," tambah penasihat kekayaan tersebut.

Kekhawatiran selanjutnya adalah adanya rasa takut bahwa anak mereka mulai dijadikan target penculikan.

Dalam ulasan di situs Time, seorang pewaris kekayaan dari salah sesuatu orang terkaya di Amerika versi majalah Forbes mengatakan, ia khawatir terus-menerus terhadap keselamatan anak-anaknya yg rawan penculikan. Padahal menurut data FBI, penculikan anak yg dikerjakan oleh orang asing termasuk jarang di Amerika dan cuma terjadi 332 perkara sepanjang tahun 2014.

Meskipun demikian, korban pernculikan anak orang kaya memang pernah terjadi dua kali di Amerika. Salah sesuatu perkara tersebut antara yang lain masalah penculikan yg menimpa Ivan, anak konglomerat dari perusahaan software Eugene Kaspersky.

Walau terbilang jarang, anak para orang kaya ini memang tetap saja rentan terhadap masalah penculikan.

Menurut majalah penasihat keuangan, ahli yg memberikan keamanan buat orang kaya menyampaikan akun Facebook anak-anak itu mampu menjadi kunci kebocoran keamanan terbesar buat keluarga kaya tersebut.

Alasannya, anak-anak konglomerat ini seringkali membagikan keterangan dan foto-foto liburan pribadi. Hal ini tentu saja menarik perhatian oknum tertentu buat menargetkan keluarga konglomerat tersebut dalam aksi kejahatan.

Di mana ada uang, ada pengacara yg juga penggugat tak jujur bersedia melakukan semua cara bagi mendapatkannya.

"Satu hal yg benar-benar mengejutkan aku adalah dengan kekayaan, datanglah tuntutan hukum," kata Bryan Clayton selaku CEO dari platform layanan perawatan kebun, Green Pal.

Berdasarkan survei dari Prince And Associates, kurang dari 20 persen orang dengan kekayaan bersih senilai 1 juta dolar merasa khawatir mulai tuntutan hukum.

Ketakutan yg sama juga dirasakan oleh 80 persen orang dengan kekayaan bersih lebih dari 20 juta dolar. Selaras dengan pernyataan Mark Cuban, pengusaha terkenal yang akan menolak investasi seandainya ada risiko sekecil apapun terkait kemungkinan adanya tuntutan hukum.

Memiliki kekayaan berlimpah tentu saja membuat orang sekitar menjadikan konglomerat sebagai 'bank'.

Valerie Rind, seorang penulis buku berjudul Gold Diggers and Deadbeat Dads: True Stories of Friends, Family, and Financial Ruin menyampaikan "jika seorang teman atau anggota keluarga berpikir Anda memiliki uang, mereka cenderung selalu menerus meminjam uang dari Anda daripada memikirkan cara bagi berjuang seperti Anda dalam mencari uang."

"Tapi mereka mungkin tak menyadari bahwa orang-orang kaya mencapai dan mempertahankan kekayaan mereka melalui kerja keras serta langkah-langkah cerdas. Di mana mereka tak mulai meminjamkan uang dalam jumlah besar, seandainya kemungkinan besar mereka tak pernah melihat uangnya lagi."

Selain itu, seandainya Anda menetapkan bagi meminjamkan uang perlu diingat bahwa sebuah transaksi mungkin saja mulai mengubah sifat hubungan pribadi Anda dengan peminjam selamanya.

Kekayaan menjadi persoalan keluarga, saat salah sesuatu memiliki jauh lebih banyak uang daripada anggota keluarga lain.

"Jika Anda terkenal kaya, orang-orang mulai meminta uang Anda," kata seorang penulis blog perjalanan mewah.

Ia menjelaskan bagaimana di media sosial Twitter miliknya seringkali mendapati cerita memilukan dan permintaan uang, meski ia tidak mengenal jelas pengirimnya. Seolah-olah ia adalah lumbung uang.

Selain itu, ia yg yaitu ahli waris dari salah sesuatu konglomerat di daftar Forbes ini mengaku ada yg sengaja mengirimkan permintaan sumbangan rutin buat kegiatan amal favorit segala orang.

Bahkan secara menyeluruh terdapat thread di situs Quora, yg dikhususkan buat pertanyaan terkait cara mendapatkan daftar orang kaya yg bersedia membantu keluarga yg membutuhkan.

Padahal jika keterangan kesedian itu kepada seluruh orang, maka mereka mulai dibanjiri telepon, surat, bahkan pengunjung yg semuanya meminta pertolongan.

"Mereka tak dapat menolong seluruh orang," ungkap salah seorang responden.

Sebuah thread di Reddit menanyakan kelemahan menjadi kaya raya ke sejumlah konglomerat. Sementara Daily Mail baru-baru ini melaporkan bahwa seorang responden pria mengaku sulit menemukan teman sejati, dan keadaan itu semakin memburuk saat keluarganya mengalami kemunduran ekonomi.

"Mereka membuang aku dalam sekejap, karena aku tak lagi membayarkan tagihan minuman makanan mahal mereka di klub. Sangat sedih, awalnya aku berpikir bahwa mereka adalah teman-teman saya," ungkap pria tersebut mengungkapkan rasa kecewanya.

Hal ini membuatnya tak pernah melihat teman-temannya itu dengan sudut pandang yang sama lagi saat keadaan ekonomi keluarganya bangkit.

Tidak cuma itu, dua responden dari sebuah studi di Boston College menyampaikan bahwa para konglomerat mempertanyakan berapa banyak dari teman-teman mereka yg berteman tanpa pamrih.

"Saya akan bertanya-tanya berapa banyak orang yg kalian kenal mulai menetapkan hubungan pertemanan setelah mereka tak dapat mendapatkan satu dari kami?" kata salah sesuatu responden.

Ketakutan yg yang lain adalah takut mulai kehilangan teman-teman lama, sebelum para orang kaya ini mencapai kemakmuran ekonomi seperti sekarang.

Seseorang yg baru-baru ini menjadi kaya raya mengatakan, bahwa perbedaan gaya hidup membuatnya tak dapat sungguh-sungguh berteman dengan teman-teman lamanya itu.

Sementara salah seorang responden dari survei di Boston College mengaku dirinya mempertanyakan kemungkinan perubahan dalam berteman karena kekayaan, sehingga ia tak secara jelas membeberkan jumlah kekayaannya kepada orang lain.

"Sangat sedikit orang yg tahu tingkat kekayaan saya. Dan seandainya mereka mengetahuinya, aku yakin itu mulai mengubah hubungan kalian dalam banyak hal," ungkapnya.

Ternyata keraguan para orang kaya ini tak cuma melanda keluarga dan teman mereka saja, melainkan juga pasangan. Bisa dikatakan orang yg sangat kaya mulai memiliki pemikiran bahwa suami/istri yg tak sama kayanya mungkin tidak sungguh-sungguh mencintainya.

Singkatnya, harta merekalah yg membuatnya ingin menikah.

Senada dengan hal ini, hampir sebagian besar konglomerat sependapat bahwa seandainya mereka sudah bersama-sama dengan pasangan jauh sebelum kaya raya, maka rasa cinta lebih besar dibandingkan mereka yg bertemu pasangan setelahnya.

Bagi mereka, ancaman dari para pencari harta ini nyata. Bahkan dalam laman New York Post, terdapat salah seorang yg menyampaikan ia lebih menyukai orang berdompet raksasa.

Marlon, seorang penulis blog Frustrated Billionaire, mengatakan bahwa rata-rata seseorang menikahi konglomerat karena nama dan apa yg dimilikinya. Ia juga menambahkan bahwa perjanjian pranikah cukup diperlukan.

Orang kaya hampir terus menyewa orang bagi mengelola portofolio, rumah tangga, dan aset lainnya. Ketika ada begitu banyak uang yg dipertaruhkan, dua mungkin merasa sulit buat yakin terhadap orang-orang pilihannya dalam mengelola aset.

Seorang pengacara di San Diego menceritakan kisah kliennya yg menyembunyikan 1 juta dolar dalam bentuk koin emas di bawah tempat tidurnya. Setelah pria itu meninggal asisten pribadinya tetap tinggal di rumah tersebut, dan rumor beredar bahwa koin emas tersebut tidak dapat ditemukan.

Jatuhnya harga aset, Federal Reserve, suku bunga, fluktuasi saham, peredaran uang dunia, dan semua hal yg mempengaruhi kekayaan mulai menjadi kekhawatiran tersendiri buat para orang kaya.

Mereka terlalu khawatir mulai jatuh miskin, bagaikan salah sesuatu unit di pasar saham yg harganya terjun bebas.

Dari perumpaan itu bisa dikatakan bahwa uang tidaklah penting, kecuali kamu tak memilikinya.

Namun, hal yg pasti dari segala ini adalah, uang mampu mengurangi sedikit rasa khawatir meski kehidupan sehari-hari tetaplah sama seperti lainnya.



Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: Diculik, Hilang Teman... Ini 10 Kekhawatiran Jadi Orang Kaya

idaraya

Share this

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!

list emo
Terimakasih atas komentar Anda di " Diculik, Hilang Teman... Ini 10 Kekhawatiran Jadi Orang Kaya "