idaraya

Tradisi Tanam Bambu di Hutan Tagafura

Tradisi Tanam Bambu di Hutan Tagafura

Ternate -, Kawasan hutan lindung itu dikenal dengan nama Tagafura. Lokasinya di puncak bukit yg curam, ancaman longsor pun menghantui.

Hutan lindung Tagafura ini dihuni oleh warga kampung Kalaodi, yg terbagi dalam empat lingkungan, di Kelurahan Kalaodi, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.

Masing-masing lingkungan berjarak 2 kilometer yg dipisahkan oleh kebun warga. Empat lingkungan itu adalah Swom di bagian Timur, Dola di Barat Puncak, Kola di bagian Selatan, dan Gulili di bagian Utara. Masing-masing lingkungan memiliki lahan kelola sendiri.

“Di kampung Kalaodi ini cukup kaya dengan tanaman produktif yg bernilai ekonomis. Dari sejumlah tanaman perkebunan warga, bambu salah satunya yg banyak ditanam. Selain itu, tanaman tahunan, seperti cengkih dan pala,” ucap Abdurahman, warga Kalaodi, Minggu (15/1/2016).

Bagi warga kampung setempat, bambu memiliki peran utama setelah cengkih dan pala. Di sela-sela lahan kebun pala dan cengkih yg masih tersedia, warga setempat memanfaatkannya bagi menanam durian, kayu manis, dan pinang.

Abdurahman mengatakan, tanaman bambu disadari warga bukan karena nilai ekonomisnya semata, namun karena keadaan lahan di kampung itu berada di bukit pada kemiringan yg curam.

“Jadi tanaman bambu ini awalnya disadari warga sebagai pelindung erosi (mengelilingi tebing dan lahan lingkungan kampung),” kata Abdurahman.

Dia mengatakan, warga masyarakat setempat menyadari kalau akar pohon bambu berfungsi sebagai penahan erosi telah turun temurun. Selain mencegah bahaya banjir, ancaman longsor dapat teratasi.

“Warga di sini semuanya berperan utama dalam mempertahankan kelestarian bambu,” katanya.

Bahan Kerajinan

Abdurahman mengatakan, tanaman bambu menjadi penting karena dianggap sebagai pelindung dari ancaman longsor dan banjir buat warga di wilayah dataran rendah.

Tradisi tanam bambu di Malut ( / Hairil Hiar)

Selain itu, sambung dia, bambu yg sudah tumbuh besar juga digunakan warga setempat sebagai bahan dinding bangunan dan rumah semi permanen.

“Namun berubahnya waktu, pemahaman warga menjadi berubah. Bambu yg lalu cuma dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan penahan erosi, ketika ini sudah dimanfaatkan sebagiannya buat kerajinan,” katanya.

Abdurahman mengemukakan, bagi bahan bambu yg dimanfaatkan sebagai bahan bangunan ketika ini telah jarang digunakan seiring bangunan yg ada telah permanen.

Untuk ketika ini warga lebih banyak memanfaatkan bambu buat membuat berbagai barang kerajinan seperti Saloi (semacam keranjang yg digunakan ibu-ibu saat ke kebun), dan Tolu (sejenis topi lebar yg dianyam pakai kulit bambu).



Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: Tradisi Tanam Bambu di Hutan Tagafura

idaraya

Share this

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!

list emo
Terimakasih atas komentar Anda di " Tradisi Tanam Bambu di Hutan Tagafura "