idaraya

Wafatnya Rafsanjani Jadi Pukulan bagi Gerakan Reformasi Iran

Wafatnya Rafsanjani Jadi Pukulan untuk Gerakan Reformasi Iran

Teheran -, Mantan Presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani tutup usia. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit di Teheran setelah mengalami serangan jantung pada Minggu 8 Januari 2017 waktu setempat.

Dikutip dari New York Times, Senin (9/1/2017), hirarki politik di Iran sudah terguncang dengan ketidakpastian akibat kepergian Rafsanjani. Ia yaitu mantan presiden dan sosok berpengaruh yg sudah mendukung peningkatan hubungan Iran dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

Rafsanjani yg meninggal pada usia 82 tahun, juga dianggap sebagai pelindung dari gerakan reformis terpinggirkan Iran dan gerakan yang lain dengan pandangan yg lebih moderat.

Ia yaitu pendukung Presiden Iran yg menjabat ketika ini, Hassan Rouhani. Pria kelahiran 25 Agustus 1934 itu juga yaitu orang dekat pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, meskipun keduanya memiliki perbedaan pendapat.

Kepergian Rafsanjani terjadi di tengah-tengah upaya Iran yg sedang menghadapi ketidakpastian hubungan dengan Amerika Serikat dan ekonomi mereka yg terisolasi.

Beberapa pihak juga menilai hal tersebut bisa memicu tumbuhnya semangat elemen ekstrem anti-Amerika dan menghambat adanya perbaikan hubungan dengan Amerika Serikat.

Kematiannya juga dianggap sebagai pukulan besar untuk kaum reformis dan moderat.

"Ia mulai dirindukan," ujar seorang analis politik yg dekat dengan kaum reformis, Farshad Ghorbanpour. "Ia semakin tidak berdaya, tetapi memberi kalian harapan. Sekarang kita harus berupaya tanpa dia."

Dalam sebuah pernyataan di website resminya, Khamenei menyatakan rasa dukanya atas kepergian Rafsanjani. "Hilangannya kawan dan sekutu, sahabat aku sejak 59 tahun lalu, sangat sulit dan menyayat hati."

Khamenei memuji kecerdasan Rafsanjani dan menyebutnya sosok yg bisa diandalkan. Ia juga menyebut perbedaan pandangan antara dirinya dengan Rafsanjani selama bertahun-tahun tidak mematahkan persahabatan mereka.

Ia adalah salah sesuatu pemimpin revolusi Islam pada 1979 dan seorang pembantu pelopor republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Rafsanjani juga menjadi sosok berpengaruh bagi memilih Ayatollah Khamenei sebagai pengganti Khomeini.

Rafsanjani yaitu Presiden Iran pada periode 1989 hingga 1997. Namun setelah masa kepresidenannya selesai, rival politiknya menyita dukungannya kepada kaum reformis dan menjulukinya sebagai aristokrat, kapitalis, dan pendukung Islam Amerika.

Pada 2002 dukungan politiknya berkurang sangat rendah sehingga ia tidak dapat mengumpukan suara buat memenangkan kursi di Parlemen. Ia mengalami kekalahan memalukan ketika melawan Mahmoud Ahmadinejad dalam pemilihan presiden tahun 2005.

Eks presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani meninggal dunia (Associated Press)

Setelah mengalami kekalahan, Rafsanjani berperan sebagai seorang politikus kritis dan makin bertentangan dengan Khamenei dalam hal arah revolusi. Di ketika pemimpin tertinggi Iran mendukung ideologi anti-Barat, Rafsanjani memohon buat memperbarui sistem politik dan berubahnya masyarakat Iran.

Pada tahun 2013, ia kembali coba memasuki dunia politik. Namun keputusannya buat mencalonkan diri kembali dalam kepresidenan dilarang oleh Majelis Wali, di mana hal tersebut mengejutkan warga Iran.

Hal tersebut dilihat sebagai penolakan resmi terhadap ide-ide ekonomi liberal dan kebebasan.

Kantor berita Fars melaporkan, Rafsanjani mulai dimakamkan pada Selasa 10 Januari 2017 dalam upacara pemakaman kenegaraan. Sekolah, kantor, dan organisasi pemerintah mulai ditutup selama dua hari.



Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: Wafatnya Rafsanjani Jadi Pukulan bagi Gerakan Reformasi Iran

idaraya

Share this

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!

list emo
Terimakasih atas komentar Anda di " Wafatnya Rafsanjani Jadi Pukulan bagi Gerakan Reformasi Iran "