Washington, DC -, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terang-terangan memamerkan sikap anti-imigrannya -- meskipun kakek dan beberapa istrinya adalah pendatang.
Hal tersebut ia pertegas melalui kebijakan yg melarang sementara warga dari tujuh negara yg mayoritas penduduknya adalah muslim masuk ke AS. Tak cuma itu, Trump juga memerintahkan pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.
Atas perintah eksekutifnya tersebut, Trump mempertontonkan sebuah ironi. Presiden ke-45 AS itu melarang warga asing menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam sementara ia sendiri yaitu keturunan dari seorang imigran Jerman, Friedrich Drumpfs.
Di tengah kontroversi kebijakan anti-imigran Trump yang masih selalu berlanjut, terkuak fakta lain.
Dalam sebuah wawancara, mendiang nenek dari Jared Kushner, suami dari putri Trump, Ivanka, ternyata pernah mengeluhkan penolakan Amerika terhadap pemeluk Yahudi yg melarikan diri dari Holocaust, seperti dirinya.
Wawancara dengan Rae Kushner itu direkam pada tahun 1982. Dan belakangan, rekaman yg dipublikasikan di museum US Holocaust Memorial di Washington itu ramai diberitakan sejumlah surat kabar Israel karena dinilai paralel dengan situasi yg dihadapi para imigran ketika ini.
Rae, yaitu satu-satunya di keluarganya yg berhasil bertahan melewati kekacauan Perang Dunia II. Dalam rekaman tersebut, ia menceritakan tentang kesulitan yg dihadapinya sebagai pengungsi Yahudi pada era Nazi.
Perempuan itu juga mengkritik AS yg dilanda sentimen anti-imigran pada ketika itu. Rae dilahirkan tahun 1923 di Novogrudok, sebuah kota yg kemudian dikenal sebagai Polandia. Wilayah itu pertama kali diduduki Uni Soviet sebelum akhirnya dikuasai Nazi dan dijadikan perkampungan khusus Yahudi.
Melalui sebuah terowongan, Rae berhasil melarikan diri bersama dengan ayah dan saudara perempuannya. Mereka tinggal di hutan selama sembilan bulan sebelum akhirnya berhasil melintas dua perbatasan dan sampai di sebuah kamp pengungsi di Italia.
Rae hidup di sana selama tiga setengah tahun hingga akhirnya seorang kerabatnya di AS membantunya mendapatkan visa untuk dirinya dan suaminya, Joseph. Pasangan ini pertama kali bertemu di Hungaria.
"Beberapa Yahudi, teman ayah aku yg memiliki toko, meninggalkan semuanya dan pergi ke Palestina. (Bahkan sebelum perang) mereka telah menyampaikan kepada orang tua saya, 'jual semuanya dan selamatkan diri'," cerita Rae dalam wawancara itu.
"Tapi kalian mendapat masalah. Kami tak tahu harus lari kemana. Belum ada Israel. Tidak ada tempat yg secara hukum bisa Anda datangi. Sangat sulit buat mendapatkan visa ke AS: butuh waktu bertahun-tahun...," tambahnya.
Nenek Jared itu juga menerangkan masa itu menjadi sangat sulit untuk keluarga yg memiliki anak-anak kecil.
"Namun dua keluarga menetapkan pergi ke Palestina dan mereka bertahan hidup. Kami merasakan anti-semitisme. Kami merasa satu mulai datang, tetapi kita tak dapat membantu diri kalian sendiri," kata perempuan itu.
"Pintu-pintu di dunia tertutup buat kami. Anda tahu betapa sulitnya buat pergi ke Israel? Bocah laki-laki dan perempuan harus tinggal di kamp selama tiga hingga empat tahun sebelum akhirnya mereka mampu ke Palestina. Untuk ke AS jauh lebih sulit. Anda mengirimkan dokumen dan harus menunggu selama bertahun-tahun bagi mendapat visa," terang Rae.
Rae juga mengenang bagaimana pada tahun 1941 dia termasuk salah seorang dari 50 gadis yg diperintahkan pergi ke alun-alun di Novogrudok. Di sana mereka diminta buat mencuci batu yg dilumuri darah di mana sebelumnya Nazi sudah mengeksekusi sejumlah intelektual Yahudi.
"Ketika band sedang tampil, Jerman menembak mereka. Jasad mereka diletakkan di gerobak sementara kepala mereka yg termutilasi digantung dibelakang gerobak," kata nenek Jared itu.
Kisah perjalanan Rae yg keras dianggap kurang lebih mencerminkan keadaan para pengungsi Suriah ketika ini yg melarikan diri dari perang.
"Kami turun dari kereta di Cekoslowakia. Semua perbatasan tertutup untuk kami. Jadi kalian bersembunyi sampai gelap. Kemudian kita berjalan melewati bukit-bukit dan menyelundup ke perbatasan. Kami mulai berjalan sepanjang malam dan beristirahat saat siang. Kami selalu berjalan hingga ke Cekoslowakia, Austria, dan Hungaria. Saya bertemu suami di sana dan kalian pun menikah," ujar Rae.
"Lantas, kalian menyeberangi perbatasan ke Italia. Semuanya kalian lakukan dengan berjalan kaki di tengah malam sehingga tak ada yg melihat. Kami datang di Italia di mana terdapat beberapa kamp. Salah satunya di Cremona dan satunya lagi di Ladispoli. Tapi kalian tinggal di Cremona di mana kita menunggu selama tiga setengah tahun sebelum mendapatkan dokumen bagi berangkat ke Amerika," pungkasnya.
Rae menyesalkan kebijakan keras AS terhadap pengungsi Yahudi terutama pasca-insiden tenggelamnya sebuah kapal pada tahun 1939.
"Bagi orang-orang Yahudi, pintu-pintu ditutup. Kami tak pernah mengerti alasannya. Bahkan Presiden Roosevelt menjaga pintu agar tetap tertutup. Kenapa? Perahu St Louis terpaksa harus berbalik. Apa yg ditakutkan dunia? Saya tak mengerti," demikian curahan hati Rae.
Penolakan AS terhadap pengungsi Yahudi yg berasal dari Eropa pada era Nazi dilaporkan meningkat dan peristiwa itu mencerminkan xenophobia dan sentimen anti-imigran yg ditujukan terhadap Yahudi, Katolik, dan dua lainnya.
Jared, cucu Rae yg juga menantu Trump menghadapi komentar pedas terkait dengan kebijakan anti-imigran sang mertua.
Surat kabar Israel, Haaretz, mengkritik Jared yg dianggap mengeksploitasi kisah keluarganya pada ketika kampanye pilpres AS demi membela Trump dari tuduhan anti-semitisme.
"Jared sendiri yg membawa kisah Holocaust keluarganya ke dalam kehebohan politik. Rasanya cukup adil buat memaksa dia berkonfrontasi dengan pihak yg ketika ini didukungnya karena sudah membebankan penderitaan yg dirasakan sang nenek kepada orang lain," ujar kolumnis Hareetz, Allison Kaplan Sommer.
Sosok Jared tak cuma utama mengingat statusnya sebagai suami dari putri kesayangan Trump.
Namun oleh sang mertua ia juga ditempatkan pada posisi strategis di Gedung Putih yakni, sebagai penasihat senior Trump.
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: Suara Orang di Dalam Kubur Ini Menghantui Donald Trump

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!