Jakarta, Demi sesuap nasi, wanita tua itu berjalan setapak demi setapak dari Nagreg hingga Sukajadi dan daerah-daerah lainnya hingga ubi jalar yg dia bawa dalam karung dan kresek hitam habis terjual.
Nenek bernama Ema ini tidak pernah mengenal waktu, ketika menjajakan ubi jalar khas Sumedang yg manis dan enak itu. Sering kali perempuan itu berangkat di pagi buta dan pulang malam.
Baca Juga
Ketegaran Buruh Tani Rawat 4 Anak Lumpuh Perjuangan Nenek Hariri, Kartini buat Keluarganya Kisah Provos Rawat Anak-Anak Yatim Piatu Bermodal Keyakinan“Saya melakukan ini demi beras 3 liter," katanya kepada Firda, salah sesuatu staf FO Rumah Yatim Cemara. Saat itu, sang nenek sedang menjajakan ubinya ke Rumah Yatim Cemara Bandung.
Ubinya dia hargai Rp 10.000 per kilogram (kg). Keuntungan yg dia bisa dari 1 kg itu cuma Rp 3.000. Sisanya dia berikan kepada pemilik ubi. Setiap hari dia bawa 10 kantong kresek masing-masing seberat 2 kg.
Dengan jarak tempuh yg cukup jauh dengan sisa tenaga di masa tuanya, ibu enam orang anak ini sangat luar biasa tidak mengenal lelah. Saat dia tiba ke Rumah Yatim, ubinya baru terjual empat kresek saja. Dia pun coba memberanikan diri menawarkannya ke Rumah Yatim yg ketika itu disambut Nenden Nurahmi kepala Asrama dan Firda.
Melihat perjuangan si ibu, membuat Nenden merasa terharu, meskipun telah tua dan langkahnya yg gontai akibat barang bawaan yg sedemikian banyak ibu itu tetap berjuang. Bahkan ketika Nenden memberikan beras, teman nasi dan lainnya, dengan rasa terima kasih ibu itu mengungkapkan bahwa dia tidak mengharapkan belas kasihan, tetapi benar-benar berjualan semata.
“Hatur nuhun neng, ieu meni seuer pisan. ibu terima tetapi niat ibu bukan buat meminta-minta, ibu mah kadie ngan jualan wungkul," papar ibu yg kadang pulang jam 10 malam hingga jam 1 dini hari ini.
Nenden merasa terinspirasi olehnya. Di tengah impitan ekonomi yg kian hari, kebutuhan bahan pokok semakin mahal, ibu penjual ubi itu selalu berusaha, memperjuangkan anak-anaknya mampu hidup dan makan. Dia tidak memperdulikan dirinya yg telah tua, yg telah waktunya menikmati sisa usia dengan duduk santai di rumah.
Dia menyadari betul seandainya ketika ini dia cuma duduk manis saja, bagaimana nasib putra-putrinya, siapa yg mulai membantunya. Maka si ibu cuma bisa berusaha, berusaha dan selalu berusaha sembari tidak lupa berdoa kepada sang pemilik dirinya yg tidak berdaya. “Hebat, aku bertemu seorang wanita yg tangguh,” papar Nenden.
Penulis:
Sinta Guslia
**Ingin berbagi keterangan dari dan buat kami di Citizen6? Caranya dapat dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: Kisah Nenek Penjual Ubi, Berjalan Jauh demi Beras 3 Liter

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!