Yogyakarta -, Sekelompok seniman yang berasal Jepang, Dajare, mulai berkolaborasi dengan warga Desa Jatinom, Klaten. Mereka mulai menyuguhkan musik kreatif yg memadukan seni tradisi dan modern di Padepokan Ash-Somad Internasional Jatianom, Klaten, Kamis (29/12/2016).
Keduanya dipertemukan oleh komposer Gangsadewa Ethnic Ansamble, Memet Chairul Slamet, dalam pertunjukan bertajuk Tokyo Sobo Joglo.
"Tokyo Sobo Joglo menjadi bentuk sebuah persahabatan dari beberapa pencipta musik yg berjauhan, Jepang dan Jogja," ujar Memet dalam jumpa pers di Bantul, Yogyakarta, Jumat (23/12/2016).

Ungkapan itu ditujukan Memet kepada Makoto, komposer Dajare. Mereka telah saling kenal sejak lima tahun dahulu dan pernah bertemu dalam pertunjukan musik di Jepang. Menurut Memet, ia dan Makoto memiliki perilaku yg sama dalam menghasilkan karya, yakni terus bersinggungan dengan alam dan kehidupan.
Memet mencontohkan, dirinya membuat musik batu, musik air, dan sebagainya, sedangkan Makoto menghasilkan musik toilet, musik genteng, dan sejenisnya.
Memet memanfaatkan kedatangan Makoto bersama dengan 15 personel Dajare bagi lebih mengenal budaya serta tradisi Indonesia. Dalam hal ini pilihan dijatuhkan ke Jatinom yg kaya sejarah dan latar belakang, serta tradisi budayanya berkembang.
Jatinom yaitu sebuah kota purba terletak di kaki Gunung Merapi, yg telah ada sejak abad ke-14 atau pada masa Kerajaan Majapahit. Pada abad ke-18, Pangeran Diponegoro pun pernah menginap di lahan yg mulai menjadi tempat pertunjukan Tokyo Sobo Joglo. Wilayah itu lalu yaitu tempat persembunyian atau gerilya Diponegoro. Situs-situs agama Islam pun banyak ditemukan di tempat itu.
"Pada pertunjukan itu, Gangsadewa cuma menyiapkan dua repertoar saja, karena yg kita utamakan adalah tamu," kata Memet.

Sementara, Makoto menuturkan Dajare yg berarti plesetan menyuguhkan pertunjukan musik kontemporer yg atraktif karena disertai dengan gerakan lucu dan menghibur.
"Ini menjelaskan irama musik tradisional Jepang yg dimainkan dengan berbagai alat musik serta vokal, dan disertai gerakan," ujarnya.
Di Jepang, cuma ada sesuatu kelompok Dajare. Total anggota berjumlah 40 orang dari beragam latar belakang, akan desain grafis sampai mahasiswi. Dalam jumpa pers tersebut mereka menampilkan sesuatu repertoar berjudul Kerosinzo. Para seniman menyuarakan irama suara kodok secara kanon atau saling berkejaran.
"Dalam pertunjukan nanti kalian cuma menyiapkan dua sampai tiga repertoar, sisanya kolaborasi dengan warga Jatinom dan hasil dari workshop," kata Makoto.
Pada 27 Desember 2016, Makoto dijadwalkan mengisi workshop di ISI Yogyakarta. Sehari setelahnya, diadakan pementasan bersama dengan mahasiswa ISI Yogyakarta dan Gangsadewa di Concert Hall ISI.
Ketua Yayasan Ash Shomad Titik Sismadi menyebutkan dua kelompok seni Jatinom yg mulai berkolaborasi, antara lain, karawitan SDN 1 Krajan, Bambu Runcing, Saron Pangruyuk, Kroncong Sholawat, dan sebagainya.
"Tujuannya satu, saling mengenal budaya serta nguri-uri kabudayan," kata Titik.
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: Plesetan Musik dari Jepang Berkolaborasi dengan Warga Desa Jateng
 
 

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!