idaraya

3 Situasi Politik Ini Diprediksi Memicu Perang Dunia III

3 Situasi Politik Ini Diprediksi Memicu Perang Dunia III

London -, Adanya prospek konflik global atau mampu disebut Perang Dunia III baru-baru ini muncul ke permukaan. Peta politik dunia berubah sejak Perang Dunia II berakhir. Itu terjadi karena tidak ada kekuatan dominan di antara negara-negara besar.

Eropa sehabis perang usai memiliki proyek bahwa dunia mulai aman, berkeadilan sosial, dan manusia hidup harmoni sesuatu sama lain. Namun, makin ke sini impian atas proyek itu kandas. Meningkatnya nasionalisme justru memperburuk situasi di Benua Biru yg penuh sejarah konflik berdarah.

Baca Juga

10 Potensi Lokasi Perang Dunia III di Era Donald Trump Mikhail Gorbachev: Dunia Seolah Sedang Bersiap Perang 3 Alasan Korsel dan Jepang Jadi Agenda Utama Lawatan Menhan AS

Pada Abad ke-20, kedua perang dunia itu tidak bisa diperkirakan. Seperti dalam buku yg ditulis Christopher Clark The Sleepwalkers: How Europe Went to War in 1914. Buku yang dirilis ketika 100 tahun Perang Dunia I itu memuat Eropa tidak mengira mulai terlibat perang.

Eroba sebelum Perang Dunia I diselimuti ketenangan. Abad ke-19 yg panjang penuh dengan perdamaian dan relatif stabil.

Kekuatan-kekuatan besar di Eropa sudah terlibat dalam diplomasi dan perdagangan sebelum serangan pembantaian.

Hal itu dikemukakan oleh opini dari penulis Youssef El-Gingihy yg kutip dari The Independent, Senin (13/3/2017).

"Selama tahun 1930-an, negara-negara besar enggan terlibat perang. Seperti AS yg enggan terlibat pakta Nazi-Soviet. Namun belakangan hampir segala negara terlibat di Perang Dunia II," tulis El-Gingihy

Setelah Perang Dunia II berakhir. Tak lama kemudian konflik pecah antara blok Barat dan Timur menciptakan Perang Dingin.

"Lewat Perang Dinginlah, konsep Perang Dunia III ini terbentuk," lanjut El-Gingihy yg juga seorang dokter umum di London yg merawat pasien-pasien dari kalangan miskin.

El-Gingihy adalah praktisi medis yg kerap menuliskan buah pikirnya di berbagai media Inggris. Ia juga mengkritik skema kesehatan Inggris serta kebijakan Brexit.

Dokter 35 tahun ini mengatakan, potensi konflik di masa depan berawal dari masing-masing negara besar yg ingin mengambil peran bagi terjun ke konflik.

"Inggris misalnya, diam-diam negara ini telah mempersiapkan persenjataan nuklir," kata El-Gingihy

Menurut El-Gingihy, pada Abad ke-21, ada tiga peta politik yg muncul sebagai lokus bagi perang di masa depan. Yang pertama adalah Eropa-Rusia dengan perang dingin baru dipicu oleh konflik Ukraina. Yang kedua adalah kawah Timur Tengah berpusat di sekitar ISIS dan perang Suriah. Yang ketiga adalah Asia-Pasifik dimana AS mulai berhadapan dengan China.

Berikut penjabaran El-Gingihy terkait 3 peta politik yg berubah dan potensi menjadi konflik global atau Perang Dunia III.

Pada 2014, majalah Time pernah mengulas Perang Dingin jilid kedua mulai dimulai pada 2014.

Negara-negara Barat menjuluki tindakan Vladimir Putin ke Georgia dan Ukraina sebagai ekspansi agresif.

Namun demikian, sejumlah analisis menyampaikan krisis Ukrania diawali dengan ekspansi NATO selama beberapa dekade ke negara-negara perbatasan Rusia. Langkah itu dinilai bertentangan dengan janji-janji yg dibuat bagi menghormati batas-batas tersebut pada akhir Perang Dingin.

Lembaga Think Tank, European Leadership Network (ELN) merilis laporan tahun 2015 yg menyampaikan 'permainan' perang Rusia di Ukraina melibatkan 8.000 tentara. Sementara penjagaan NATO di kawasan itu mengerahkan 15.000 pasukan.

Laporan itu menyebut, "Keduanya memamerkan bahwa masing-masing pihak melakukan pelatihan. Rusia sedang mempersiapkan bagi konflik dengan NATO, dan NATO sedang mempersiapkan bagi kemungkinan konfrontasi dengan Rusia."

Baru-baru ini Amerika Serikat juga mengerahkan pasukannya ke Polandia. Itu adalah pengerahan pasukan terbesar AS di Eropa sejak Perang Dingin berakhir.

Situasi politik berubah semenjak serangan mematikan 9/11. Namun demikian, ketika itu teroris di Afghanistan dan sekitarnya cuma berjumlah ratusan orang.

16 tahun setelahnya, alih-alih dapat melumpuhkan mereka, perang terhadap teror yg menghabiskan US$ 4.000 miliar dan menewaskan lebih dari 1,3 juta manusia, anggota teroris meningkat menjadi 100 ribu orang.

Bagaimana dapat terjadi? Menurut pensiunan jenderal AS, Wesley Clark mengungkapkan setelah 9/11, Pentagon berencana bagi menyerang 7 negara. Mereka adalah Irak, Suriah, Libya, Afghanistan, Pakistan, Somalia dan Yaman.

Serangan itu didasari oleh terorisme, tetapi lebih ke niat bagi menjamin kekuatan ekonomi dan militer AS di kawasan.

Jurnalis Naomi Klein melaporkan Perang Irak diciptakan AS buat tidak mengurangi pundi aset militer AS. Ia menulis buat New York Times, rekonstruksi Irak senilai dengan pemasukan ekonomi AS senilai US$100 miliar.

Dalam proses itu, alih-alih menjadikan warga Irak sejahtera setelah Saddam Hussein digulingkan, namun negara itu justru menjadi sarang buat kelompok teroris ISIS.

Konflik Suni-Syiah juga dimanfaatkan dengan baik oleh AS dan sekutunya.

Terlihat dalam konflik di Suriah dan Yaman, di mana AS mendukung pemberontak yg melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad yg Syiah. Di yang lain sisi, Negeri Paman Sam menopang Arab Saudi menolong pemerintah Yaman melawan pemberontak Houthi.

Menurut El-Gingihy apa yg ditulis PW Singer dan August Cole dalam bukunya Ghost Fleet: A Novel of the Next World War kemungkinan dapat terjadi.

Kedua penulis itu yaitu ahli keamanan nasional, meramalkan seandainya perang global terjadi, kemungkinan AS, China dan Rusia mulai saling menyerang lewat perang siber, robot, dan drone.

Selama masa pemerintahan Obama, Pentagon mengerahkan 60 persen kekuatan angkatan lautnya ke Asia. AS juga memperkuat kerja sama dengan Jepang dan negara-negara Asia Timur lainnya bagi mencegah dominasi China.

Secara ekonomi, AS juga menggagas Trans-Pacific Partnership (TPP) sebuah perjanjian perdagangan yg mengecualikan China.

Namun, pergantian rezim dari Obama ke Donald Trump, membuat AS menarik diri dari TPP.

Sementara itu tensi China dan Jepang makin meninggi. Kapal militernya akan mengarah ke Laut Jepang. Tiongkok juga membuat berang AS di Laut China Selatan.

Adapun Trump, di bawah nasihat Steve Bannon penasihat sekaligus seseorang yg memiliki pandangan garis kanan, menyampaikan "Dalam 10 tahun, AS mulai berperang dengan Tiongkok di Laut China Selatan."

Bannon melihat China (dan Islam) sebagai ancaman.

Diprediksi China mulai mengambil alih posisi AS dalam hal ekonomi, namun dominasi militer AS tetap tidak tertandingi. Ini adalah perbedaan berbahaya karena berarti bahwa AS mulai memakai kekuatan militer ini bagi menjamin hak prerogatif ekonomi.

 



Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: 3 Situasi Politik Ini Diprediksi Memicu Perang Dunia III

idaraya

Share this

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!

list emo
Terimakasih atas komentar Anda di " 3 Situasi Politik Ini Diprediksi Memicu Perang Dunia III "