idaraya

Separuh Budaya Betawi adalah Budaya Tionghoa, Benarkah?

Separuh Budaya Betawi adalah Budaya Tionghoa, Benarkah?

Jakarta, Penetrasi budaya luar ke Indonesia, khususnya ke daerah yg kini menjadi Jakarta, sudah terjadi seiring dengan hadirnya para penjelajah asing dari berbagai belahan dunia sejak ribuan tahun silam. Penduduk lokal dan para penjelajah itu melakukan komunikasi dan kolaborasi yg kemudian terjadi asimilasi dan akulturasi kebudayaan melalui perdagangan dan perkawinan

Menurut Fa Hsien, seorang penjelajah dunia, orang-orang Tionghoa telah sejak abad ke-5 melakukan kontak dagang dengan penguasa Bhumi Jawa, yg kemudian dipercaya para sejarawan, sebagai wilayah yg dikuasai oleh kerajaan Tarumanegara. Mereka berdagang di pinggir sungai dekat dengan pelabuhan.

Baca Juga

Wajah Baru Kawasan Kalijodo Kini Lebih Memukau

Kenapa budaya Tionghoa sangat mengakar di Indonesia, terutama pada suku Betawi? Berdasarkan bukti itu, berarti telah sejak 1500 tahun yg dulu orang-orang Tionghoa bisa dilacak eksistensinya di tanah Bhumi Jawa yg sebagian wilayahnya kini sudah menjadi Jakarta.

Berbeda dengan orang-orang Tionghoa, orang Eropa terutama Belanda, mereka tiba bagi berdagang, kemudian menjajah dan mengeksploitasi sumber daya, baik alam maupun manusia. Kuku penjajahan dimulai dengan mencengkram kota Jayakarta. Adalah Jan Pieterszoon Coen bersama pasukannya yg berhasil mengusir Pangeran Jayakarta hingga ke Jatinegara dan ia kemudian mendirikan kota Batavia pada 30 Mei 1619.

Para penjelajah dan penjajah tersebut membawa serta budaya mereka, menjadikan tempat yg disinggahinya sebagai tempat tinggalnya. Mereka menikahi perempuan lokal, menetap, dan tak kembali ke negeri asalnya.

Sebelum adanya penjelajahan dunia dan penjajahan yg menyebabkan terjadinya percampuran budaya tersebut, bangsa yg menempati wilayah Nusantara, terutama Jawa misalnya, memiliki budaya sendiri, memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme yg kuat. Kemudian karena terjadi percampuran budaya lokal dengan budaya para penjajah dan penjelajah itu, masyarakat Jawa ada yg menjadi penganut Hindu, Budha, Islam, Kristen, Katolik, Konghucu, dan aliran kepercayaan yang lain yg kuat hingga ketika ini.

Pada masanya, setelah orang-orang Tionghoa dan penjelajah Asia yang lain seperti dari Hindustan masuk ke Nusantara, serta sebelum datangnya bangsa-bangsa Eropa, penduduk pulau Jawa adalah penganut Hindu dan Budha yg kuat. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan adanya candi-candi dan kuil tempat pemujaan mereka di sepanjang pulau Jawa.

Di negeri lain, pun ada hal yg menarik, misalnya kesenian Barongan di negara Malaysia yg dipercaya berasal dari seni Reog di Indonesia. Kebudayaan berbagai negara menjadi kebudayaan baru di negara dimana para pembawanya kawin dan menetap.

Lalu bagaimana dengan budaya Tionghoa? Di Jakarta, hampir separuh budaya Betawi dipercaya bersumber dari budaya Tionghoa. Budaya Betawi seperti kata elu-gue, encang-encing, cepe, gope goban, gambang kromong, tari cokek, baju pengantin perempuan Betawi dari atas rambut sampai kaki, bahkan konon ondel-ondel (dan panjat pinang) akar budayanya berasal dari budaya Tionghoa. Anda gak percaya?

Telusuri jejaknya dalam https://heritagetrails.co.id/en/event/chinatown-journey/ yg dipersembahkan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI) secara cuma-cuma alias gratis bagi Anda.

Acara ini mulai diselenggarakan pada 28 Januari 2017, pendaftaran ulang dimulai pukul 07.00 wib dan penjelajahan mulai berakhir pukul 12.00 wib. Peserta mulai berkumpul di depan Museum Bank Mandiri, depan halte Transjakarta Kota dan stasiun BEOS/Jakarta Kota. Direncanakan 300 peserta mulai mengikuti kegiatan ini. Penjelajahan mulai dipandu segera oleh Asep Kambali (sejarawan sekaligus pelopor KHI) dan para volunteer dari komunitas sejarah terbesar di Indonesia yg sudah berdiri sejak tahun 2003 itu.

Route jelajah yg dilalui dimulai dari Museum Bank Mandiri, melewati Museum Bank Indonesia, menuju Kali Besar, melewati Galeri Melaka, melewati Jalan Tiang Bendera, menuju Pasar Pagi Asemka, melewati Jalan Patekoan, melewati Rumah Keluarga Souw, memasuki SMAN 19, memasuki Klenteng Toa Sai Bio, memasuki Gereja Santa Maria de Fatima, mengunjungi Vihara Dharma Bakti, menjelajah Pasar Pancoran - Petak Sembilan, mengakhiri penjelajahan dengan menikmati makanan di pusat kuliner Gloria. Route tersebut memiliki cerita unik dan menarik yg menunjukkan bukti-bukti keberadaan etnis Tionghoa di masa kolonial.

Acara Jakarta Heritage Trails ini yaitu kegiatan sosial dalam memberikan pengalaman belajar sejarah dengan cara menyenangkan. KHI percaya, bahwa pelajaran sejarah masih dianggap membosankan. Oleh karena itu, melalui kegiatan rekreasi edukasi dan hiburan ini peserta mulai mendapatkan pemahaman sejarah yg komprehensif, pengalaman belajar sejarah yg menyenangkan, dan pengetahuan yg berharga, serta kesempatan berpetualang yg tidak kan terlupakan.

Tertarik ikut menjadi peserta? Silahkan daftar melalui website http://www.heritagetrails.co.id/

**Ingin berbagi keterangan dari dan buat kalian di Citizen6? Caranya dapat dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6



Source : liputan6.com

Terimakasih sudah membaca: Separuh Budaya Betawi adalah Budaya Tionghoa, Benarkah?

idaraya

Share this

Related Posts :

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!

list emo
Terimakasih atas komentar Anda di " Separuh Budaya Betawi adalah Budaya Tionghoa, Benarkah? "