Cirebon -, Pondok Pesantren (ponpes) Buntet Cirebon yaitu salah sesuatu tujuan kunjungan Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke wilayah Jawa Barat. Tak cuma karena berusia ratusan tahun, kisah pendirian Ponpes Buntet juga menarik buat ditelusuri.
Ponpes Buntet didirikan oleh Mbah Muqoyyim yg masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Keraton Cirebon. Ayah Muqoyyim yg bernama Abdul Hadi yaitu putra dari Pangeran Cirebon dan Anjasmoro, yakni putri dari Lebe Mangku Warbita Mangkunegara.
Ayah Muqoyyim tinggal di keraton dan mendapatkan pendidikan ketatanegaraan dan pelajaran agama Islam. Karena pengetahuan agamanya yg menonjol, ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kiai Abdul Hadi.
Mbah Muqoyyim juga sempat tinggal di keraton bersama kedua orangtuanya. Dari kedua orangtua dan guru di keraton lah, Muqoyyim muda mendapatkan pendidikan, baik agama Islam, ketatanegaraan hingga ilmu kedigdayaan.
"Melalui proses itulah, selain memiliki kemampuan dalam segi ilmu pengetahuan, Mbah Muqoyyim juga dikenal dengan kiai sakti mandraguna," tutur salah seorang keluarga Ponpes Buntet Cirebon Ahmad Rovahan kepada di Cirebon, dua waktu lalu.
Sementara itu, berdasarkan pendapat lain, Mbah Muqoyyim disebutkan tak memiliki guru secara formal. Ia tak mengenyam pendidikan pesantren atau tiba berguru ke Kiai. Pengetahuan yg dimiliki oleh Mbah Muqoyyim didapatkan secara alami laduni (ilmu yg didapat tanpa proses belajar).
Setelah dewasa, Mbah Muqoyyim ditunjuk buat menjabat sebagai penghulu di Keraton Kanoman Cirebon. Namun, tutur Rovahan, ia memilih keluar dari Keraton dan mendirikan Pesantren Buntet pada 1750. Hal yg melatarbelakangi keputusannya ketika itu adalah kekecewaan Mbah Muqoyyim terhadap keberpihakan Keraton pada kolonial Belanda.
Mbah Muqoyyim, ujar dia, pertama kali mendirikan Ponpes Buntet di Kampung Kedung Malang, Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Saat itu, Mbah Muqoyyim membangun rumah yg sangat sederhana, langgar (musala) dan dua kamar santri.
"Saat beliau memberikan pengajian, ternyata banyak masyarakat yg tertarik bagi bergabung belajar mengaji kepada beliau. Akhirnya, pesantren yg didirikan Mbah Muqoyyim pun perlahan berkembang dan akan dikenal," tutur Rovahan, Jumat, 14 April 2017.
Belanda yg mengetahui kegiatan dan keberadaan Mbah Muqoyyim hendak menyerang dan menangkapnya. Karena keterangan tersebut telah diketahui sebelumnya, Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri bersama saudaranya Kiai Ardi Sela menuju Desa Pesawahan Sindanglaut yg letaknya sekitar 10 km dari Pesantren Buntet.
Pesantren Buntet pertama yg didirikan Mbah Muqoyyim pun hancur dibombardir Belanda. Persembunyian Mbah Muqoyyim di Sindang Laut akhirnya tercium Belanda hingga akhirnya kembali menyerang dan mencari Mbah Muqoyyim.
Namun, lagi-lagi pencarian Mbah Muqoyuim oleh Belanda tak ditemukan. Rovahan mengatakan, ketika Belanda menyerang tempat persembunyian, Mbah Muqoyyim sempat diselamatkan oleh saudaranya dengan bersembunyi di dalam saku baju Kiai Ardi Sela.
"Setelah lolos dari pencarian Belanda, Mbah Muqoyyim pindah ke Pemalang, Jawa Tengah," kata Rovahan.
Mbah Muqoyyim merasa Cirebon tak aman lagi karena Belanda gampang menemukan dirinya. Ia kemudian pindah ke Pemalang, Jawa Tengah, tepatnya di Kampung Beji yg sebenarnya bernama Kampung Kenanga. Kampung itu lebih dikenal dengan sebutan Beji yg yaitu singkatan dari lebe siji karena kampung itu cuma memiliki sesuatu lebe.
Di Kampung Beji, Mbah Muqoyyim tinggal di rumah Kiai Abdussalam. Ia tinggal dan hidup sebagaimana santri lainnya. Namun, kehadirannya sempat membuat geger warga pesantren punya Kiai Abdussalam.
Para santri kaget ketika melihat Muqoyyim sangat leluasa keluar masuk sebuah hutan yg dikenal sangat angker. Mbah Muqoyyim keluar masuk hutan bagi mencari kayu bakar.
"Padahal, dua orang yg berani masuk ke dalam hutan tersebut dipastikan tak mampu kembali lagi," kata Rovahan.
Dengan perilaku yg dianggap istimewa oleh Kiai Abdussalam, Mbah Muqoyyim diangkat menjadi menantu. Ia pun tinggal di Pemalang hingga dua waktu kemudian sebelum kembali ke Cirebon.
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: Cara Sakti Pendiri Ponpes Buntet Cirebon Lolos dari Belanda

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!