Cirebon -, Jika Anda melintas di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, jangan lupa mampir di Dusun Lamping. Lokasi itu yaitu sentra pembuatan tahu.
Konsumennya tak cuma dari kalangan masyarakat Kuningan. Sebab, jalan itu yaitu perlintasan dari arah selatan ke utara dan juga sebaliknya.
Kadang kala, mereka membuka kiosnya sejak pagi sampai malam hari. Salah seorang pembuat tahu, Marta (46), mengaku setiap hari bisa membuat hingga 36 kg kedelai lokal.
Proses pembuatan tahu dimulai dari merebus kedelai. Kedelai rebus kemudian ditiriskan dan digiling sampai lembut. Ampasnya berupa air setelah disaring ulang, dibuang. Sisa ampas yg tersaring mulai dijadikan bahan baku golono, panganan seperti comro.
Sementara, gilingan kedelai halus kemudian dibuat tahu dengan cara cairan kedelai disimpan di dandang. Kemudian, cairan ditiriskan dan dibiarkan menggumpal. Setelah gumpalan berwarna putih terbentuk dipotong berbentuk persegi empat memakai pisau atau lempengan besi bersih.
Meniriskannya tidak butuh waktu lama, cuma lima sampai enam jam. Selain menjual tahu, mereka juga menyajikan lontong sebagai teman bersantap.
Marta mengatakan, sebelumnya para pengrajin tahu cuma menjual ke pasar tradisional. Namun setelah banyak pembeli, penjualan tahu kemudian dibagi beberapa ke pasar dan di tempat sendiri.
"Kedelai bagi bahan tahu telah disediakan koperasi pengrajin tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten Kuningan. Jadi tak membeli segera ke produsen atau ke petani. Sehingga, kita para pengrajin tak pernah merasa kekurangan bahan baku. Hanya mungkin masalah harga saja," kata Marta.
Marta menjelaskan, tahu Lamping berbeda dengan tahu Sumedang. Pada tahu Sumedang, kulit tahu lebih kering saat dikunyah dan mengeluarkan bunyi kress. Sedangkan tahu Lamping Kuningan lebih mengutamakan isi di dalam tahu itu sendiri, seperti daging dan tak mengeluarkan bunyi.
Namun, ucap Marta, rasa gurih pada Tahu Lamping tak kalah, apalagi ketika dimakan dalam keadaan hangat. "Terasa lebih enak saat dimakan memakai irisan cabai dicampur kecap atau saus agak pedas, sehingga kegurihan dagingnya terasa di lidah saat dicecap," kata dia.
Pengrajin tahu yg lain, Radi (29), menuturkan tahu Kuningan telah ada sejak ratusan tahun dahulu dan berlangsung secara turun-temurun. "Berdasarkan cerita turun-temurun, tahu Kuningan yang berasal mulanya berasal dari Tiongkok yg dibawa oleh pasukan Laksamana Cheng Ho. Berarti adanya sejak abad ke 14 Masehi," kata Radi.
Nama tahu sebenarnya diperkenalkan dengan nama tau fu. "Karena lidah orang Indonesia umumnya, khususnya Kabupaten Kuningan, mengambil jalan pintas jadi tahu," kata Radi.
Laksamana Cheng Ho, kata dia, tiba ke Kuningan mengantarkan Putri Ong Tin Nio ke wilayah Luragung. Sebagian pasukannya tak turut serta berlayar kembali, tetapi bermukim di Luragung. Di sanalah tahu berkembang.
Hingga sekarang, masyarakat Tionghoa berasimilisasi dengan warga setempat dan menjadi pribumi. Tau fu menjadi penganan yg digemari waktu itu oleh kerabat keraton (waktu itu Kuningan masih berupa kerajaan) dan masyarakat umum.
Namun sejak zaman revolusi fisik, tahu di Luragung hilang karena lambat laun masyarakat Tionghoa berpindah ke kota-kota besar dan mengembangkan usaha mereka. "Selain bertani, berdagang dan pegawai swasta atau pemerintah. Pergeseran itu selalu berlanjut sampai sekarang. Tahu tak terkonsentrasi di wilayah timur Kuningan, tetapi merambah ke wilayah barat dan berkembang sampai sekarang," tutur Radi.
Source : liputan6.com
Terimakasih sudah membaca: Ada Jejak Cheng Ho dalam Nikmatnya Tahu Lamping Khas Kuningan

Berkomentarlah yang baik sopan dan relevan,jangan menyimpang dari topik !!!